Manajemen masih diartikan banyak orang hanya sekedar ilmu mengelola, padahal menurut Bob Sadino, manajemen lebih pada bagaimana seni mengelola. Dalam berwirausaha, lepaskan belenggu jalan pikiran. Belajarlah seolah-olah anda tidak pernah belajar!! Hilangkan beban apapun.dan ingat semuanya adalah proses, tidak ada jalan pintas untuk menjadi sukses yang berkelanjutan. Bob Sadino, yang berbicara pada Lokakarya Nasional bertajuk: Industri Berbasis SMK Pertanian yang diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Peternakan UGM dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional belum lama ini, tak bosan-bosannya berpesan tentang pentingnya jiwa kewirausahaan. Dia bercerita bagaimana susahnya dahulu di tahun 1970 dia pertama kali memperkenalkan ayam di Indonesia. Kita lihat sekarang dimana-mana ada ayam, siapa pun sekarang tertarik beternak dan makan ayam. Baru tahun 1980 Bob terinspirasi dengan hidroponik, itu pun karena dia tahu kepopuleran hidroponik itu di mancanegara. Namun begitu, Bob bukanlah orang yang gampang kepincut untuk meniru-niru tanpa iovasi. Baginya, kewirausahaan adalah pembiasaan karakter-karakater positif yang mengarah kepada kesuksesan, meskipun harus ditempuh puluhan tahun dengan jalan yang berliku-liku. Dengan prinsip tersebut, kini kita tahun Bob Sadino adalah seorang bos kerajaan bisnis terkemuka bernama Kemchicks. Sedangkan Joko Sutrisno dari Depdiknas mengungkapkan kekagumannya terhadap pertanian. Menurut pengamatannya, kontribusi pertanian terhadap PDB Nasional menempati rangking 3setelah manufatur dan hotel dan wisata. Bahkan menjadi juara 1pada distribusi dan pekembangan pekerja di Indonesia. Kebanggaan tersebut dihadapkan pada masih minimnya SDM di bidang pertanian. SMK Pertanian sebagai salah satu pencetak SDM-SDM handal masih berkutat pada usangnya sarana prasarana/alat yang dimiliki, bahkan rendahnya jumlah dan mutu guru SMK. Data tahun 2006/2007 menunjukkan SMK di seluruh Indonesia berjumlah 6.650. Fakta juga menunjukkan jomplangnya rasio siswa dan guru. 109 ribu guru harus mengajar 2,40 juta siswa SMK. Belum lagi dengan jomplangnya rasio SMA : SMK. Meskipun begitu, capaian tahun ajaran 2008/2009 yang rasio siswa SMK : SMA = 46 : 54, jumlah SMK sebanyak 7.464 , jumlah siswa 3.29 juta, jumlah guru 175 ribu. Dan target 2009/2010, rasio siswa naik menjadi SMK : SMA = 50 : 50, jumlah SMK 7.950, jumlah siswa 3.95 juta, dan jumlah guru 217 ribu . untuk mencapai target tersebut, kita sudah memprogramkan berbagai cara, antara lain membuat pencitraan positif SMK kepada masyarakat (iklan di media massa), pemberian beasiswa, penambahan guru, peralatan, rehabilitasi ruang, dan reengineering. Sementara Tri Yuwanta, Dekan Fapet UGM, menyatakan pihak kampus sangat terbuka bagi guru maupun siswa lulusan SMK yang mau menempuh kuliah di kampus Bulaksumur. Dari pemenang lomba peternakan oleh SMK yang diadakan Fapet UGM, sekarang mereka kuliah disini. Beberapa guru juga mengambil S2 disini. Sedangkan Ambar Pertiwiningrum, selaku host, mengatakan bahwa hajatan ini tidak berhenti hanya pada tataran lokakarya, namun akan berlanjut pada aksi-aksi yang lebih konkrit dalam rangka meningkat kemampuan dan skill bagi siswa dan guru SMK. Intinya lebih kepada bagaimana strategi penguasaan ilmu dan praktik serta kolaborasi SMK dengan agroindustri di luar bangku sekolah yang perkembangannya begitu pesat.
Sumber : http://agromas.wordpress.com